09 Januari 2013

Planet dan Matahari



Menatapmu dalam malam diantara kembang yang dipelihara embun pagi adalah sempurna. Harumnya semerbak, menempel dan menulari kebahagian pada tiap jiwa. Tak akan aku peduli pada maut yang bisa menyapa kapan saja, mencerabut hati yang berdenyut kalut. 

Kita telah membayangkan ini sejak lama, sejak kau menjadi seperti satelit, mengelilingi hidupku sehari semalam. Kamu mengoreksiku, kamu ingat? Katamu kamu bukan satelit, kamu planet, dan akulah matahari yang memberimu energi kehidupan. Namun matahari akan kehabisan energi dan semua planet akan kiamat.

Butuh delapan kali mengelilingi matahari untuk kita sampai di sini. Tempat indah ini, sesuai dengan yang kita bangun dalam mimpi. Parasmu, senyummu, gemulai tanganmu, ronce melati yang menggantung pada sanggulmu, semua seperti yang aku bayangkan, kecuali wana kebaya yang membalut tubuhmu. Mungkin hijau adalah warna kesukaan suamimu, yang wajahnya sedari tadi kau pandang mesra.

Aku tahu matahari, mataharimu, suatu saat akan kehabisan energi. Yang aku tak tahu, planet tidak begitu saja kiamat setelah matahari kehabisan energi. Ia mencari matahari baru.

3 komentar:

Chris mengatakan...

setelit memang mengelilingi setia saat tapi tidak pernah bisa menyentuhnya, ibarat lagu Padi, Kasih tak Sampai..ay ay..

Anonim mengatakan...

kenapa dianalogikan sebagai matahari, planet, dan satelit..?? kenapa gak rexona aja Cha..?? setia setiap saat..

icha mengatakan...

hahahaha.....ary maneh eksepsional pisan......