Menatapmu dalam malam diantara
kembang yang dipelihara embun pagi adalah sempurna. Harumnya semerbak, menempel
dan menulari kebahagian pada tiap jiwa. Tak akan aku peduli pada maut yang bisa
menyapa kapan saja, mencerabut hati yang berdenyut kalut.
Kita telah membayangkan ini sejak
lama, sejak kau menjadi seperti satelit, mengelilingi hidupku sehari semalam.
Kamu mengoreksiku, kamu ingat? Katamu kamu bukan satelit, kamu planet, dan
akulah matahari yang memberimu energi kehidupan. Namun matahari akan kehabisan
energi dan semua planet akan kiamat.
Butuh delapan kali mengelilingi
matahari untuk kita sampai di sini. Tempat indah ini, sesuai dengan yang kita
bangun dalam mimpi. Parasmu, senyummu, gemulai tanganmu, ronce melati yang
menggantung pada sanggulmu, semua seperti yang aku bayangkan, kecuali wana
kebaya yang membalut tubuhmu. Mungkin hijau adalah warna kesukaan suamimu, yang
wajahnya sedari tadi kau pandang mesra.
Aku tahu matahari, mataharimu,
suatu saat akan kehabisan energi. Yang aku tak tahu, planet tidak begitu saja
kiamat setelah matahari kehabisan energi. Ia mencari matahari baru.
3 komentar:
setelit memang mengelilingi setia saat tapi tidak pernah bisa menyentuhnya, ibarat lagu Padi, Kasih tak Sampai..ay ay..
kenapa dianalogikan sebagai matahari, planet, dan satelit..?? kenapa gak rexona aja Cha..?? setia setiap saat..
hahahaha.....ary maneh eksepsional pisan......
Posting Komentar