24 Januari 2013

masih dimabuk K-pop

Apakah Anda pemuja Suju atau SNSD?kemudian memuja pula SMASH dan Cherrybelle (nulisnya bener ini teh)? Tenang, saya hadir bukan untuk mencaci K-Pop yang sering dibilang terlalu mainstream, tidak berkualitas, hanya mengandalakn muka dan gaya. Saya hanya anak sekolah yang iseng dan penasaran walaupun dengan cacian dan berjuta haters mengapa K-Pop masih dicintai dan mengapa masih ada yang ingin menjadi idol K-pop? Saya mencoba menjawab dalam pandangan biologi perilaku. Semata-mata karena ilmu itu yang saya pelajari.Walaupun dangkal, biarkan saya mencoba.

Menurut Om Niko Tinbergen (Dewa Biologi Perilaku) kita bisa bertanya 4 pertanyaan kenapa suatu perilaku, dalam hal ini menyanyi K-pop masih dilakukan.
Pertama kita dapat bertanya dalam kerangka evolusi,
Jawaban : dalam kerangka evolusi, setiap perilaku adalah pengembangan dari perilaku yang dilakukan oleh "nenek moyang" manusia dulu. Karena kita sedang bicara evolusi dan dalam evolusi "nenek moyang" manusia adalah kera maka jawabannya adalah "kera mempunyai panggilan-panggilan khusus dalam berkomunikasi. Secara evolusi bernyanyi adalah bentuk perkembangan perilaku memanggil yang dilakukan kera. Lalu darimanakah perilku menari dan salto sambil bernyanyi? tentu saja masih dari kera. Kera meluangkan waktu bermain dengan sesamanya yang juga melibatkan lompat kesana kemari (menari) juga salto.
Kedua kita dapat bertanya dalam kerangka perkembangan
Jawaban : Dalam kerangka perkembangan kita berbicara tentang bagaimana manusia dapat bernyanyi K-pop. Dulu kita puas dan terhibur hanya dengan nyanyian sederhana.Namun kemudian kita belajar bahwa bernyanyi sambil salto lebih menyenangkan, kita mengembangkan perilaku yang lain. Perilaku bernyanyi K-pop.
Ketiga kita dapat bertanya dalam kerangka kausalitas atau penyebab langsung kenapa kita mempertahankan bernyanyi k-pop atau ingin menjadi idol K-pop.
Jawabannya bisa bermacam-macam, seperti : karena suka, karena mampu, karena berbakat, karena butuh pekerjaan, karena ingin terkenal, karena disuruh pacar
Keempat kita dapat bertanya dalam kerangka survivalitas, bagaimana perilaku berkontribusi terhadap ketersampaian gen pada generasi berikutnya dan dengan demikian dapat melestarikan spesies manusia. Apa kontribusi k-pop pada kelestarian umat manusia. Sepertinya tidak ada yah? Eits, jangan buru-buru skeptis pada perilaku. Sekecil apa pun perilaku itu dilakukan karena keuntungannya yang lebih besar daripada cost nya atau energi yang dikeluarkan. Toh ngupil juga bisa membersihkan hidung dari upil dan menjadikan lawan jenis tertarik.Jadi, K-pop ini pasti sangat menguntungkan sehingga tetap bertahan. Tapi jangan berpikir keuntungan di sini adalah uang, keuntungan utama dari perilaku adalah keberhasilan reproduksi, ketersampaian gen. Sesungguhnya K-pop dibutuhkan bagi reproduksi manusia sehingga dia dibutuhkan bagi kelestarian umat manusia.
Banyak orang beranggapan bahwa K-pop, apalagi di Indonesia, adalah kecacatan, kutil dalam industri musik, kudis dalam tubuh seni. Bahwa Band jauh, jauh, jauh, lebih baik. Namun dalam dunia perilaku, setiap perilaku "abnormal" bukanlah kecacatan, ia merupakan strategi alternatif. K-pop adalah strategi alternatif. Jika band adalah perilaku yang dianggap baik, maka semua orang akan berusaha membuat band, supaya normal. Maka orang yang berhasil membuat band akan terlihat menarik, digandrungi lawan jenis, dan bisa memilih pasangan kemudian bereproduksi. Bagaiman nasib orang yang tidak bisa bermain alat musik, tidak bisa berdagang, meneliti, menerbangkan pesawat, membuat undang-undang, mengajar, berperang, memburu penjahat, intinya tidak bisa bekerja selain bernyanyi sambil menari serta memiliki wajah tampan?Tentu saja akan menjadi perawan tua dan mati tanpa bisa menyampaikan gennya. Dengan hilangnya gen-gen ini maka kumpulan gen manusia menyusut, dan kumpulan gen yang sempit akan menghasilkan kecacatan, dan kecacatan akan menyebabkan ketidakmampuan bereproduksi dan kemudian manusia bisa punah lebih cepat. Dengan adanya K-pop sebagai alternatif tentu saja manusia tampan yang hanya bisa bernyanyi dan menari akan berhasil bereproduksi, gen-gen manusia yang beraneka ini akan terjaga dan tetap berada di kumpulan gen manusia. Manusia akan tetap lestari.
K-pop sesungguhnya ikut melestarikan umat manusia.
Percayalah setiap perilaku "abnormal" bukan cuma K- pop, adalah alternatif, ada maknanya, efisien (benefit > cost), dan melestarikan umat manusia.
Nikmatilah boy band indonesia yang mencoba melestarikan gen-gennya dan menjaga spesies kita dari kepunahan
Maaf ya lebay.....

Menulis setelah membaca "An Introduction to Behavioral Ecology" oleh J.R. Krebs & N.B. Davies
dan "The Third Chimpanzee" oleh Jared Diamond.

2 komentar:

orcalion mengatakan...

Aduh.. saya bukan manusia psikologi ataupun biologi, tapi, saya bisa melihat relevansi dari posting ini.. ;-)

Berhubung topiknya itu K-Pop, secara tidak langsung akan berkaitan dengan remaja.. kelompok manusia yang sedang dalam proses pencarian jati diri.. Semua yang dirasa unik, pasti akan menarik minat dan kemungkinan besar akan dicoba..

Selama konteksnya baik, kenapa tidak? Tapi, kalau sudah menimbulkan ketidakseimbangan dalam perilaku (seperti kecanduan, fanatism, dll.) yaa, perlu kontrol.. dan itu tugas para orang dewasa yang ada di sekitar para remaja..

Soal meneruskan gen.. ada betulnya juga.. kita kan memilih pasangan dari apa yang kita lihat, termasuk keahlian dan minat.. kalau udah kelihatan si calon itu suka K-Pop kan jadi lebih gampang menentukan pilihan.. :-D

icha mengatakan...

Ah, maksih teteh, ternyata tulisan saya dimengerti. Mau memberi pandangan lain aja tentang hal yang lagi banyak digandrungi. Kalau di biologi perilaku semua perilaku yang masih eksis itu ya karena benefitnya melebihi cost. Jadi ga perlu ngejek-ngejek perilaku mana yang lebih baik, apalagi yang ini ga kriminal. Tapi kan biasanya diterapkan di binatang yah, dan binatang emang ga kenal yang namanya berlebihan. Manusia sih sering kali berlebihan.Setuju, setuju, setuju sama teteh.