26 Desember 2013

chit chat

Hi people! I've never told anything about this before to anyone.  So this is an exclusive cover about me, hehe.

I've been struggling about a year to compete against myself. I've been lost, still am...I took this path 2 years and a half ago with some dreams. I wished I got so many knowledge in environmental biology so i can lead myself and this nation to better environment. But my dream was shattered along my journey. I dont think i have what it takes to be that kind of person. I dont think i want to walk a lonely rocky road. I dont think i have the endurance to carry some research. i dont think i can even come up with research question. So i change my dream, i just want to make money and have a good marriage. I ran, so far, escaping real world. I roamed a lot in the internet. This thing is amazing, you know. It carried me so far that i can not go back. It's scary yet amusing.

So what about making money and marriage? blah....still don't have it. So do you think this is the bottom. The place where there's no way to sink? i don't know....I just need to finish the "wrong" path i took, so i can choose the "right" path of my journey. But you know what? I don't know how......I still love escaping through internet. So i can greet you....

21 Desember 2013

Alam Raya #1

Raya menggosok hidungnya.Angin pagi telah bolak-balik menggelitik hidungnya. Namun ia hanya berdiri menghadap Gunung Gede yang sama-sama diam tak tergoyangkan angin. Pakaiannya sama sekali tidak mirip dengan pendaki gunung. Raya hanya memakai jeans dan kaus tangan pendek, kakinya pun hanya berbalut sepatu kanvas usang.

Pundak Raya ditepuk, pandangan Raya kini beralih pada lelaki dengan pakaian hitam-hitam yang menepuknya.Sama dengan Raya lelaki ini hanya memakai jeans hitam, kaos hitam, dan sendal gunung hitam.

"Ayo jalan. Jaket kamu kemana?" tanya lelaki itu.

"Gak kepikiran bawa," jawab Raya. "Jaket kamu?"

"Kalau udah jalan juga panas. Lagian kita gak akan ke puncak, cuma same curug Cibeureum aja.Udah pernah tracking ke gunung?"

Raya menggeleng, "belum, ini pertama kali."

Si lelaki hanya nyengir sambil menunjukan jari kelingking, telunjuk, dan jempol membentuk simbol metal. Entah mengejek, memuji, atau menyemangati Raya. Raya hanya merasa dingin karena angin masih bertiup menggelitikinya. Selebihnya ia merasa hampa.

Gunung Gede hanyalah tempat acak untuk Raya. Ia hanya butuh untuk pergi. Ia hanya butuh untuk tidak ada di rumah. Jika ada astronot yang mengajaknya ke bulan, tanpa pikir dua kali Ia akan pergi ke Bulan. Ia ke Gunung Gede karena Alam, si lelaki hitam-hitam, yang mengajaknya untuk ikut ke sini. Gunung Gede bukan rumah, maka Raya pergi.

Rombongan Raya dan Alam sampai di Gerbang Gunung Gede. Panitia acara menjelaskan teknis acara dan membagikan kantong plastik. Raya baru tahu ini bukan jalan-jalan santai. Ketika telinganya mendengar Gunung Gede Ia langsung mengiyakan. Sisa penjelasan Alam lain kabur entah kemana.

"Aku baru tahu kalau gunung perlu dibersihin segala, " Raya bergumam.

"Sebenernya kalau pendaki gak pada nakal, kita gak perlu jongkok-jongkok gini mungutin bungkus rokok sama mie instan, " Alam berusaha memberikan penjelasan.

"Kirain di tanah gunung cuma ada daun kering, taunya ada bungkus indomie. Manusia emang egois. Dan kamu Lam, sama temen-temen kamu, mau-maunya jongkok sepanjang jalan cuma buat mungutin ginian. Besok juga orang-orang pada nyampah lagi," Raya mengomel tidak habis pikir.

"Hehehe. Aku kayak orang gila ya? Nanti juga kamu ngerti kenapa sekarang aku mau jongkok sepanjang jalan, " Alam menjawab enteng, diikuti cengiran dan jari yang membentuk simbol metal.

Ini dunia baru untuk Raya. Orang macam apa yang mau bersusah-susah membersihkan kotoran orang lain. Selama hidupnya, Raya telah merasa diperlakukan curang. dikotori. Tapi tidak ada yang mau ikut berkubang di kotorannya itu.

"Ray, liat ada bunga!" Alam menunjuk bunga cantik.

"Cantik" Raya menjawab sambil lalu.

"Cantik-cantik gitu dia termasuk sampah loh di sini. Ini asalnya dari biji konyal yang dilepeh sama pengunjung. Masalahnya konyal bukan tumbuhan asli sini. BIsa-bisa tumbuhan asli pada mati gara-gara harus bersaing sama konyal," Alam menjelaskan dengan antusias.

"Aku ngerti, banyak orang yang cantik tapi sampah," bisik Raya.

"Ei....termasuk kamu?" tanya Alam lengkap dengan cengiran khasnya.

"Ternyata kamu bener, kalau udah jalan jadi panas, " Raya tidak menjawab pertanyaan iseng Alam. Ia berlalu meninggalkan Alam, memungut bungkus rokok dan memasukannya ke kantung.

Setelah dua jam berjalan sambil sesekali berjongkok rombongan tukang bersih-bersih itu sampai di Curug Cibeureum, pemberhentian terakhir mereka.

"Raya, kenalin, namanya Cibeureum. Cibeureum, kenalin, ini Raya, " Alam memperkenalkan Raya layaknya pada teman lama. Raya mengangkat tangan kanannya dan mengangguk, mengikuti permainan Alam.

Raya dan Alam duduk di bebatuan sekitar air terjun sambil melepas lelah.

"Kamu kenapa mau ikut ke sini Ray?Padahal kamu gak setuju konsep membersihkan kotoran orang lain?" tanya Alam.

"Bapakku meninggal," jawab Raya dingin.

"Lho?Kapan?Tadi?Kamu baru dapet kabar?Mau pulang sekarang?Ayo!" Alam bertanya dengan cepat kemudian segera berdiri.

Raya menatap air terjun dan menjawab, "justru karena Bapak meninggal makanya aku ikut ke sini."

Ada keheningan lama diantara mereka. Hanya terdenger deru Cibeureum dan obrolan kelompok tukang bersih-bersih.

"Bapak sudah ada yang ngurus. Istri dan anak-anaknya yang lain sudah 10 tahun ngurus Bapak, mereka sudah biasa. Aku tidak biasa ngurus Bapak. Bapak juga tidak biasa ada aku, " Raya tiba-tiba bercerita. Alam kembali duduk di samping Raya.

"Kamu setidaknya berdoalah untuk Bapak, " Alam memberi saran.

"Sudah. Doa untuk orang tua yang diajarkan oleh guru TPA. Supaya Allah mengampuni dan membalas apa yang telah dilakukan Bapak sama aku, Itu sudah paling baik yang bisa aku lakukan. Aku bisa apa lagi?"

Rombongan tukang bersih-bersih sudah bersiap-siap untuk turun kembali ke Cibodas. Namun Raya masih menatap Cibeureum.

"Tipayun we, Kang. Engke abdi nyusul!" teriak Raya pada ketua rombongan yang disambut dengan paduan suara "aaadeuuuuuh" yang panjang dari semua rombongan.

"Aku juga tidak mau ada di rumah Ray, " tiba-tiba Alam berbagi cerita. "Ini rumahku Ray, makanya aku harus bersih-bersih supaya tetap nyaman ada di rumah. Dan kamu boleh kapan saja datang ke rumahku ini."

Hening kembali hadir diantara keduanya. Kenapa tidak ada dalam kamus mereka saat ini. Keduanya tak memerlukan alasan masing-masing untuk saling menemani. Diantara deru Cibeureum hadir isak Raya yang sedari tadi ditahannya. Alam terdiam, menikmati rumahnya yang kini tak lagi dihuninya sendirian.  




01 Desember 2013

Bulir Malam

bukankah aku beban
yang menggelayutimu dalam mencari penghidupan
bukankah aku cela
 yang menjadikanmu lemah tanpa logika

malam ini
aku tinggalkan senyum pada cahaya terakhir matahari
aku istirahatkan gulita sebagai kelambu

malam ini
kuundang rupa-rupa resah
dan menetaslah di dada berbagai gundah

malam ini
aku tidak ingin pura-pura berbunga-bunga
aku hanya ingin menangis dalam merana

aku titipkan mimpiku pada angin malam
hingga ketika fajar
kita tak dihantuinya lagi

dan ketika ia kembali
telah habis segala bulir-bulir tangisku